Artikel Mari belajar

Kesetiaan

September 23, 2022

Kesetiaan berasal dari kata “pistis” yang artinya adalah keteguhan hati, patuh, atau juga percaya. Kesetiaan tidak terlepas dari iman. Kita setia kepada sesuatu yang kita percaya. Kita percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, kita mau belajar setia kepada Tuhan Yesus. Walaupun kita tidak dapat melihat Yesus, tetapi Yesus dapat melihat kita. Ketika kita percaya kepada yang tidak terlihat dan setia kepada-Nya, itulah namanya iman.

Kesetiaan itu bersifat aktif. Tidak ada orang dikatakan rajin belajar jika dia tidak pernah belajar. Jadi ada yang dilakukan sehingga kita dikatakan orang yang rajin. Seperti itu juga dengan kesetiaan. Kesetiaan itu mesti dilakukan, mesti dikerjakan, ini namanya yang disebut aktif.

Yesus Kristus menjadi contoh teladan kita dalam menjalankan kesetiaan kepada Bapa-Nya. Yesus lahir di kandang domba, melayani selama 3,5 tahun, mati di atas kayu salib, bangkit pada hari ketiga, dan Dia naik ke sorga. Semuanya itu dilakukan Yesus Kristus dengan setia, tidak bersungut-sungut, tidak membalas dendam. Tuhan Yesus melakukannya sampai seluruh kehendak Bapa di sorga tergenapi.

Bagaimana kita bisa hidup tetap setia kepada Allah?

  1. Dengan bersandar kepada kesetiaan Tuhan yang tidak pernah berubah.
    Alkitab memberitahukan kepada kita, bahwa jika kita tidak setia, Allah akan tetap setia. Allah yang setia ini akan menopang kita dan menolong kita agar mampu tetap setia kepada-Nya. Janji Allah inilah yang akan membuat kita berani tetap setia kepada Allah (2Tim. 2:13).
  2. Belajar untuk setia yang dimulai dari perkara-perkara kecil.
    Membaca Alkitab setiap hari, memberi persembahan, mengerjakan tugas sekolah, menyelesaikan tugas rumah yang diberikan orang tua kita, melakukan semua hal yang baik, dan juga melakukan kehendak atau perintah Tuhan, semua ini perlu dilakukan selangkah demi selangkah agar kita bisa menjadi setia.