Sukacita
Sukacita berbeda dengan senang-senang. Sukacita berasal dari kata “chara” yang artinya kesenangan hati. Kesenangan hati yang sejati itu berasal dari Roh Kudus. Sukacita akan terpancar keluar. Jadi pertama-tama, sukacita itu berhubungan dengan sikap atau hubungan kita dengan Allah (1Ptr. 1:8; 1Tes. 1:6). Orang yang dekat dengan Allah dan rencana-Nya, akan merasakan sukacita. Sukacita ini akan terpancar keluar dan dirasakan oleh orang lain. Ketika kita mau ulangan di sekolah, kita sulit mengerti pelajaran itu. Kita berusaha keras belajar pelajaran itu, walaupun teman-teman mengajak kita menyontek saja. Ketika dalam kesulitan seperti itu, kita tetap setia dalam jalan kebenaran. Kita tidak mau berdosa, kita akan mengalami sukacita dari Allah. Saat itu kita tahu, Allah ada di sisi kita, karena kita melakukan kebenaran dan kita akan bersukacita. Senantiasa mempunyai sukacita yang sejati merupakan gaya hidup yang seharusnya kita miliki sebagai orang Kristen, entah itu waktu kita berada dalam situasi yang senang ataupun susah.
Sementara arti senang-senang adalah kesenangan hati yang memuaskan diri sendiri. Biasanya senang-senang ini hanya terlihat dari luarnya saja. Kita tidak mau dilihat orang sedih, kecewa, susah, malu. Waktu kita sulit mengerti pelajaran yang diajarkan guru, kita tetap pergi bermain, tidur malas-malasan, nonton, dan lain-lain. Kita tidak peduli dengan pelajaran itu. Yang penting kita bersenang-senang dahulu. Senang-senang terlihat dari luar, padahal hati kita masih gelisah karena kita tidak mengerti pelajaran yang diajarkan guru. Sedangkan sukacita itu digerakkan Roh Kudus. Karena itu, sukacita di dalam Tuhan adalah sukacita yang paling menyeluruh. Sukacita ini berasal dari Allah dan muncul dari dalam diri manusia. Baik dalam hati maupun yang kelihatan di luar sama sukacitanya.
Yang menjadi sumber sukacita adalah:
- Dosa kita diampuni oleh Allah (Rm. 15:13)
Kita adalah manusia yang berdosa yang harus dihukum Allah tetapi kita mendapatkan pengampunan dari-Nya. Pengampunan ini membuat kita bersukacita. Kita terlepas dari ikatan dosa. Kita terlepas dari hukuman neraka. Kita kembali bisa hidup berelasi dengan Allah dan memuliakan Dia. Semua ini membuat kita bersukacita. - Hidup kita dipimpin oleh Roh Kudus (Gal. 5:22-23)
Waktu Roh Kudus memimpin hidup kita, Dia akan memberitahukan kepada kita apa yang harus kita lakukan dan apa yang tidak kita lakukan, serta apa yang menjadi kehendak Tuhan dan apa yang tidak menjadi kehendak Tuhan. Karena itu, hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus itu dapat benar-benar memuliakan Allah. Ini juga adalah sumber sukacita kita.