Kesabaran
Kesabaran berasal dari kata “makrothumia” yang artinya adalah tidak cepat membalas dan tekun yang melihat dengan pengharapan. Tentu saja mempunyai kesabaran seperti itu tidak mudah. Kita bukan hanya harus sabar untuk sekali, dua kali, tiga kali, tetapi untuk waktu yang tidak terhingga. Di dalam proses itu kita mengharapkan kesabaran yang kita miliki itu bersifat stabil (tidak berubah).
Hal kedua tentang kesabaran adalah adanya pengharapan yang tidak dapat dipisahkan. Jika kita memiliki kesabaran tetapi tanpa pengharapan, kita akan mudah untuk menyerah dalam segala hal. Untuk menjadi pintar, berpengetahuan, berbijaksana, atau untuk mendapatkan nilai terbaik, kita seharusnya belajar dengan tekun, sabar menjalani prosesnya, kita harus belajar dengan rajin dan tidak menyerah. Namun kalau kita tidak sabar, kita akan berhenti di sana, dan tidak lagi menginginkan nilai terbaik, kita menyerah. Kita pasrah saja. Ketika kita bisa melihat kesabaran dengan pengharapan, kita akan menanti kehendak Tuhan digenapi. Ketika kita berpengharapan, kita akan semangat, tidak mudah putus ada, terus belajar agar mendapatkan nilai yang baik. Setelah kita belajar dengan rajin dan ternyata masih belum mendapatkan nilai terbaik, maka kita dapat menerima hasilnya dengan tenang. Karena itu yang menggerakkan kita di dalam kesabaran adalah pengharapan. Kita akan belajar lagi dan terus berjuang.
Sikap seperti ini hanya dapat kita wujudkan apabila kehidupan kita berakar pada kehidupan pribadi Tuhan sendiri. Kita meneladani karakter Allah dalam hidup kita. Kita belajar sabar. Alkitab mengatakan, “Sebab Allah adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia” (Mzm. 103:8).