Hana
Tahun ini Elkana kembali membawa seluruh keluarganya pergi ke Silo untuk mempersembahkan korban di Bait Allah. Elkana membawa kedua istrinya, yang seorang bernama Hana dan yang lain bernama Penina. Penina mempunyai anak, tetapi Hana tidak. Di zaman itu, seorang istri yang tidak mempunyai anak adalah hal yang memalukan. Maka tidak heran Hana sangat sedih. Apalagi Penina juga sengaja menyakiti hati Hana. Ditambah lagi Elkana yang tidak mengerti perasaan Hana, meskipun ia sangat mengasihi Hana melebihi Penina. Demikianlah dari tahun ke tahun hati Hana tersakiti.
Lalu tibalah mereka di Silo. Setelah mereka makan dan minum, Hana pergi berdoa. Di dekat sana ada imam Eli yang sedang duduk di kursi. Dengan hati yang pedih, Hana berdoa sambil menangis tersedu-sedu. Hana mengeluarkan seluruh kepedihannya di hadapan Tuhan, memohon Tuhan memberikannya seorang anak laki-laki dan berjanji akan memberikan anak itu kepada Tuhan. Imam Eli mengira Hana sedang mabuk, lalu menegurnya. Namun, imam Eli sadar dia telah salah paham. Lalu, setahun kemudian, Hana melahirkan seorang anak laki-laki.
Sama seperti Sara dan Rahel, Hana bersedih karena tidak dapat mempunyai anak. Namun bedanya, Hana membawa seluruh kepedihannya langsung ke hadapan Tuhan. Dia tidak mengalihkannya kepada orang lain, dia tidak mengasihani dirinya, tidak menjadi kepahitan dan tidak berpengharapan. Dia mencurahkan seluruh isi hatinya kepada Allah, karena dia tahu hanya Allah yang bisa menjawab doanya dan memberikan penghiburan. Kiranya kita juga boleh memiliki iman seperti Hana.